Kesehatan

Overthinking: Pikiran Berisik Di Balik Fisik Yang Diam


cover
writer profile Nisrina Khairunnisa 07 August 2025

Tahukah kamu? Jika ternyata hampir semua orang pasti pernah merasa terjebak dalam pikirannya sendiri. Terkadang seseorang seringkali memikirkan kembali keputusan yang telah dibuat, dengan perasaan ragu dan khawatir akan kebenaran di setiap langkahnya.

Pikiran itu biasanya terjadi ketika seseorang telah selesai berbicara dengan orang lain untuk mendiskusikan keputusan penting, hingga menghadapi situasi yang penuh ketidakpastian. Hal ini dapat disebut sebagai overthinking.

Tanpa disadari, kebiasaan overthinking tidak hanya akan menguras energi, tetapi juga bisa menghambat suatu tindakan berkaitan dengan pengambilan keputusan yang seharusnya mudah menjadi lebih rumit dan dapat memperburuk situasi.

Salah satu penelitian menunjukan bahwa overthinking seringkali terjadi pada mahasiswa yang berkaitan dengan penggunaan media sosial, yaitu sebanyak 31% berada di kategori overthinking dan mayoritas lainnya sebanyak 53% termasuk dalam kategori sedang.

Hal ini dikarenakan banyak dari mereka saat melihat postingan gambar maupun di media sosial kehidupan orang lain yang tampak lebih sukses dan bahagia, dirinya seketika merasa kurang percaya diri atas progress maupun pencapaian miliknya, sehingga memikirkannya secara berulang kali.

Overthinking adalah proses berpikir berlebihan dalam mengurai dan menganalisis sebuah situasi, masalah, atau keputusan, bahkan ketika hal tersebut sebenarnya tidak memerlukan tingkat analisis yang tinggi.

Kata overthinking berasal dari kata over yang berarti berlebihan dan thinking yang berarti berpikir. Salah satu pengertian dari overthinking dapat ditemukan dalam Kamus Merriam-Webster, dengan dua pengertian yaitu To think too much about (something) dan To put too much time into thinking about or analyzing (something) in a way that is more harmful than helpful.

Maksud dari kedua pengertian itu adalah bagian pertama, seseorang akan terus-menerus atau secara berlebihan memikirkan suatu hal, menggambarkan kondisi pikiran yang tidak berhenti pada satu titik, melainkan berputar-putar mengenai sesuatu yang akan menjadikannya beban mental.

Pada bagian kedua, seseorang akan menghabiskan waktu yang terlalu lama untuk memikirkan atau menganalisis sesuatu dengan cara yang dapat merugikan dirinya sendiri. Dari proses berpikir seperti itulah membuatnya merasa tidak produktif saat beraktivitas.

Selain pada mahasiswa, banyak orang terutama dewasa berusia 25-35 tahun juga ikut merasakan overthinking secara berlebih mengenai kekhawatirannya terhadap karir atau masa depan yaitu sebenar 61% dikarenakan harus menghadapi ketidakjelasan pekerjaan yang akan didapatnya.

Biasanya seseorang lebih banyak merenung untuk berpikir terhadap arah perkembangan karir sesuai dengan target yang diinginkan, sampai pada titik situasi ekonomi yang tidak menentu dan tingkat persaingan kerja tinggi juga memperbesar munculnya overthinking, sehingga membuatnya sulit fokus serta kehilangan semangat.

Jika kamu penasaran kenapa hanya dengan berpikir bisa membuatmu menjadi overthinking dan secara diam-diam mengganggu produktivitas hingga kesehatan mental, cari tahu jawabannya di artikel ini. Baca sampai habis ya.

Menurut Thomas Oppong dalam bukunya yang berjudul “Psychologist Explain How To Stop Overthinking Everything” mendefinisikan overthinking sebagai suatu keadaan dimana seseorang berpikir secara berlebihan dapat terjadi dalam berbagai bentuk, contohnya mengenai pertimbangan tanpa henti ketika membuat keputusan tersebut.

Perlu diketahui bahwa pemikiran bagaimana jika (what if) dan seharusnya (should) seringkali mendominasi pada mereka yang merasa overthinking, seolah-olah ada jari tidak terlihat yang siap menghakimi keputusan mereka.

Seseorang yang mengalami overthinking lebih cenderung ke arah obsesif dan terjebak dalam lingkaran pemikiran yang berulang-ulang tanpa kemajuan yang jelas. Sehingga akan menyebabkan kecemasan dan ketidakpastian yang tidak produktif, serta sulit untuk membuat keputusan.

Penelitian lain menyebutkan, menurut Health Collaborative Center pada Februari 2025 kemarin bahwa 50% masyarakat di Indonesia mengalami overthinking dengan pola pikir negatif dari masa lalu yang terus dipikirkan tanpa ada solusi nyata. Hal ini membuat seseorang terus merasa terpaku pada satu waktu dan khawatir terhadap waktu mendatang.

Faktor yang mendorong terjadinya overthinking terbagi menjadi dua sumber yaitu berasal dari luar diri dan dalam diri. Faktor dari luar diri berarti faktor-faktor yang berada di luar kendali diri, namun seakan menjadi tanggung jawab dengan hal yang telah terjadi dan terus-menerus berada di pikiran beserta pengandaian tanpa henti.

Sedangkan, faktor dari dalam diri berarti penyebab atau pemicu overthinking yang berasal dari kondisi mental dan emosional dari individu yang membuat seseorang sulit untuk fokus saat beraktivitas, dikarenakan pikiran yang berputar tanpa henti.

Salah satu faktor yang paling berdampak adalah di masa kecil yang tanpa disadari berpengaruh sangat besar pada pribadi seseorang, seperti jika seseorang mengalami trauma masa kecil yang terjadi ketika dirinya mendapatkan pola asuh orang tua penuh kekangan. 

Dari pola asuh ketat itulah yang membatasi kebebasannya untuk bermain dengan bebas, mengungkapkan kritik secara berlebihan, hingga mendapat hukuman keras setiap kali dirinya melakukan kesalahan, seringkali membuatnya merasa cemas, takut mengambil resiko, dan kesulitan untuk mengendalikan emosi.

Overthinking dapat mengganggu saat proses tidur pada seseorang, sehingga dapat menyebabkan dirinya mengalami insomnia. Orang dengan insomnia memiliki kesulitan untuk memulai tidur, mempertahankan tidur, atau memiliki tidur yang cukup lama agar terasa segar di pagi hari.

Gangguan tidur yang disebabkan karena overthinking merupakan kondisi ketika seseorang mengalami kesulitan tidur dengan nyenyak, dikarenakan pikiran berlebihan dan terus-menerus menghantui di malam hari. Overthinking akan membuat otak untuk tetap aktif memproses berbagai kekhawatiran, masalah, atau kemungkinan buruk.

Overthinking akan selalu datang dengan tiba-tiba pada situasi yang tidak terduga. Karena itu, seseorang memerlukan penanganan yang bersifat praktis, seperti memunculkan kembali kesadaran ketika sedang merasa overthinking dengan mempertanyakan alasan sederhana tanpa melakukan penggalian lebih dalam dari suatu pemikiran.

Selain itu, jika alasan dari pemikiran itu mengacu pada kepentingan diri sendiri, namun tidak ada hal yang dapat disimpulkan dalam waktu dekat atau bahkan berkaitan dengan kepentingan orang lain, segera hentikan. Terutama saat pemikiran itu memiliki pilihan berisikan tindakan, segera ambil keputusan yang dianggap paling bijaksana.

Serta, salah satu cara lain untuk mengatasi overthinking adalah dengan menemukan solusi yang didapatkan dari hasil distraksi yang bermanfaat. Distraksi paling gampang menyelamatkan pikiran dari jebakan overthinking bisa melalui hobi. Seseorang akan mudah beralih pikiran, ketika memiliki suatu hal yang disukai. Atau lebih baiknya lagi, jika segera mengambil tindakan berbentuk aktivitas.

Overthinking memang terasa sangat melelahkan, terlebih jika kamu memilih untuk memendam sendiri perasaan yang kamu rasakan saat mengalaminya. Ternyata, dengan kamu berbagi cerita pada orang yang kamu percaya, hal itu bisa menjadi langkah sederhana dalam membantu kamu meredakan beban pikiran.

Kalau kamu butuh seseorang yang bisa mendengarkan semua cerita mengenai overthinking kamu, peer counselor bisa menjadi tempat yang tepat untuk memulainya. Karena, mereka adalah teman sebaya dengan keterampilan konseling yang sudah terlatih untuk mendampingi kamu menata kembali pikiran tanpa menghakimi.

Melalui Berbinar For U, kamu bisa menceritakan semua hal yang membuat pikiran kamu terasa penuh, mulai dari kecemasan berlebih hingga keraguan terhadap diri sendiri. Berbinar For U merupakan layanan konseling bersama peer counselor secara gratis dan dapat diikuti sesuai batch yang tersedia.

Tertarik untuk tahu lebih banyak mengenai overthinking dan cara mengatasinya? Yuk, segera ambil langkah pertama kamu dengan bercerita pada peer counselor. Kamu bisa langsung kunjungi website kami https://berbinar.in/produk/konseling atau Instagram kami @berbinar.in untuk dapatkan informasi seputar Berbinar For U.

Sumber Referensi:

Antika, Sindi, et al. (2025). “Dampak Kesehatan Mental Akibat Overthinking dan Media Sosial Pada Mahasiswa.” MEDIKA: Jurnal Kasus dan Penelitian Kesehatan 1.1. 

Saratini A., Muhajjah. (2021). “Hello, Overthinking.” Yogyakarta: Laksana.

Sofia, Lisda, et al. (2020). “Mengelola Overthinking untuk Meraih Kebermaknaan Hidup.” PLAKAT: Jurnal Pelayanan Kepada Masyarakat 2.2.

Gati, Raka Saliraning. (2023). “Panduan Mengelola Ragam Overthinking.” Yogyakarta: Laksana.

Darmian L., Neldi. (2023). “Sebuah Seni untuk Menemukan Kebahagiaan.” Yogyakarta: Phoenix Publisher.

Saratini, Muhajjah. (2024). “The Power of Overthinking: Seni Mengubah Energi Pikiran Negatif Menjadi Positif Dengan Cepat.” Yogyakarta: DIVA Press.

Tanggapan & Komentar

Komentar (0)

Belum ada komentar.